Ikhtisar:Menurut asosiasi diperkirakan bahwa pengecer di Jabodetabek akan kehilangan lebih dari Rp 1 triliun (US $ 71,91 juta) karena toko-toko ritel di daerah tersebut berhenti beroperasi sejak banjir parah.
Menurut asosiasi diperkirakan bahwa pengecer di Jabodetabek akan kehilangan lebih dari Rp 1 triliun (US $ 71,91 juta) karena toko-toko ritel di daerah tersebut berhenti beroperasi sejak banjir parah.
“Liburan Natal dan Tahun Baru adalah periode puncak untuk penjualan ritel, sehingga banjir sangat disayangkan,” kata Ketua Asosiasi Pengecer Indonesia (Aprindo) Roy Mandey pada hari Kamis seperti dikutip oleh kontan.co.id, menambahkan bahwa sekitar 400 pengecer terpaksa menutup toko mereka karena banjir.
Di Jakarta sendiri, ia melanjutkan dengan mengatakan, sekitar 300 toko tutup, sehingga menghasilkan kerugian sekitar Rp 960 juta.
Perhitungannya tidak termasuk kerugian yang terlihat oleh 10 pusat perbelanjaan dan beberapa pasar tradisional di daerah tersebut.
Roy meminta pemerintah kota untuk menyiapkan rencana kontinjensi banjir dan menyatakan harapan bahwa tragedi ini dapat menjadi pelajaran penting bagi pemerintah.
“Masalah ini memengaruhi pengeluaran dan kami tahu bahwa pengeluaran rumah tangga merupakan kontributor utama terhadap PDB negara. Saya harap pemerintah kota menangani masalah ini dengan lebih serius, ”katanya.
Hujan deras sejak Selasa awal tahun telah menyebabkan banjir besar di beberapa wilayah Jabodetabek ketika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat curah hujan terburuk dalam lebih dari satu dekade pada Malam Tahun Baru dengan intensitas 377 milimeter per hari.
